Posted on: 06/30/20 at 10:30 am
HELLCRUST
Sejawat
(2020, Armstretch)
Oleh Dharma Samyayogi
Fakta: Hellcrust yang diproklamirkan di Jakarta pada 24 September 2011, sebelum Sejawat telah memiliki mini album Dosa (2012) dan album penuh Kalamaut (2016) dalam diskografi mereka yang semuanya dirilis di bawah bendera Armstretch Records. Hampir semua anggotanya pernah menjadi bagian dari formasi band death metal ikonik Siksakubur walau dari generasi yang berbeda. Mereka adalah Andyan Gorust, dramer co-founder Hellcrust dan Deadsquad serta founder orisinil Siksakubur. Kemudian ada Prahari “Japs” Mahardika (vokal), dan dua gitaris yang daftar pengalaman main band dalam CV-nya cukup panjang, yakni Nyoman “Bije” Saputra dan Baken Naenggolan. Selain Siksakubur, elemen Deadsquad juga cukup kuat di tubuh Hellcrust. Selain Gorust, ada eks-bassis idola Pasukan Mati tersebut, yaitu Arslan “Alan” Musyifa yang menggantikan posisi Bonny Sidharta di Hellcrust. Bahkan ketika Bonny keluar dari Deadsquad, Alan juga penggantinya. Masih satu lingkaran setan, hehe.
Setelah Baken keluar pada 2018 dan memilih untuk menetap di KAPITAL, Dirk “Derik” Marthin masuk mengambil alih tugasnya dan tampil di rekaman album Sejawat, yang merupakan album terakhir dan perpisahan Japs dari Hellcrust karena ingin fokus ke karier lain di luar musik, dan memberikan mikrofonnya kepada Septian “Asep” Maulana, yang lagi-lagi mantan Siksa Dubur, ah gelaaa…
Kelebihan: Secara keseluruhan, konsep musik death metal yang digeber Hellcrust memang segar banget di tengah scene IDDM (Indonesian Death Metal) yang didominasi gaya brutal death metal “straight-forward” dengan kiblat band-band Amerika Serikat. Meski konsisten bermain tempo ngebut dengan aransemen kompleks dan brutal, di saat yang bersamaan, Hellcrust sukses membantai kuping dengan lagu-lagu yang catchy dan memprovokasi non-stop headbanging dari awal hingga akhir. Kombinasi teknikalitas dan brutalitas begitu menonjol dalam tiap bagan musiknya dengan maraknya ekshibisi dual riffing yang intrikatif nan adiktif sekaligus melodik yang berpadu akur bersama gempuran dram barbar Andyan Gorust. Sosok Gorust kurang lebih seperti Lars Urlich di bandnya yang nggak terkenal itu, wakakak. Selain menentukan beat dan penjaga tempo, doi berperan besar dalam menentukan seluruh pola aransemennya dari alur, struktur hingga birama. Dalam konteks Hellcrust, gue mencoba berimajinasi, kalau pola Gorust berubah, kualitas lagunya pun turut berubah. Jadilah death metal yang njelimet namun memorable, suatu hal yang sangat sulit dicapai oleh banyak band di luar sana.
Tiap komposisi lagunya terstruktur secara solid dan memiliki beberapa bagian verse chorus dan reffrain yang selalu menampilkan Japs menyalak beringas kalimat lirik utama, contohnya nukilan dari ‘Rimba Khalayak’ berikut ini: “Semua menjadi Tuhan, biarkan ujung jari berperan / Kesumat perundung / Wujud akun siluman ribuan massa pengikut gadungan / Faedah dipancung”.
Karakter vokal barking growl Japs yang full of anger terasa maksimal kekuatan emosionalnya ketimbang era doi di band sebelumnya karena selama di Hellcrust, kemampuan menulis liriknya jauh lebih baik dengan diksi-diksi yang berbobot dan menohok. Doi menjadikan kata sebagai senjata.
Kekurangan: Entah faktor kesengajaaan atau kebetulan belaka, lagu ‘Rimba Khalayak’ terdapat riff di bagian akhir yang nadanya mirip dengan petikan gitar lagu ‘Burung Bangkai’ Siksakubur dari album St. Kristo. Mungkin ini efek “basian” mantan gitaris Siksakubur, hehehe. Kemudian, riff di beberapa verse lagu ‘Balamaut’ mirip ‘Shadow of Sorrow’-nya Burgerkill dari album Beyond Coma and Despair. Serta bertebaran riff Behemoth-esque dan Nile-esque yang marak dipakai oleh banyak band IDDM.
Kesimpulan: Boleh dibilang Hellcrust adalah representasi band death metal Gen Z yang menampilkan sound dan gaya permainan modern dengan peleburan elemen berbagai subgenre heavy metal seperti thrash metal, progressive metal, terutama metalcore dan melodic death metal. Dari segi tema dan artistik hingga notasi dari progresi kord riffing-nya memang keluar dari kaidah death metal tradisional. Sama sekali nggak menimbulkan nuansa angker dan mengerikan selayaknya mendengar band-band OSDM (Old School Death Metal), melainkan melodius seperti halnya mendengar versi lebih ngebut dan brutalnya Lamb of God, In Flames atau Killswitch Engage. Itulah sel embrio terbentuknya Balamaut (sebutan fans Hellcrust) Nusantara yang membuat Hellcrust seperti sekarang dan selalu antusias menyambut kedatangan Hellcrust di kotanya masing-masing. Salamaut! \m/
Verdict: 8
Sufism. (Foto: dok. Sufism). Nama band ini memang sama sekali nggak merefleksikan tema atau karakteristik musik death metal. Sufism, sufisme atau dalam ajar
Kaligula. (Foto: dok. Kaligula). Terbentuk pada 2007, Kaligula awalnya mengusung musik alternative rock ala "Seattle Sound" alias grunge yang formasinya ter
Skeptis. (Foto: dok. Skeptis). Setelah komposisi dari rangkaian materi Skeptis sudah terkumpul dan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan, band death metal
Deathorchestra. (Foto: via YouTube). Kolaborasi antara raungan cadas heavy metal dan harmoni elegan simfoni orkestra telah terbukti sebagai suguhan yang spe