Posted on: 03/19/20 at 6:02 am
Banyaknya industri musik yang terhuyung-huyung akibat wabah virus Corona yang sedang merebak. Recording Academy dan MusiCares mengumumkan pada hari Selasa bahwa kedua organisasi telah menyiapkan dana bantuan untuk masalah COVID-19 senilai US$ 2 juta (Rp 30,7 miliar) untuk anggota industri musik yang membutuhkan keuangan.
Juru bicara untuk Recording Academy mengatakan anggota industri musik dapat meminta bantuan melalui situs web MusiCares. Menurut situs tersebut, pelamar harus memberikan bukti pembatalan acara dan pemesanan bersama dengan salinan perjanjian sewa mereka atau pernyataan hipotek bersama dengan aplikasi MusiCares yang sudah dilengkapi. Pelamar dapat meminta maksimal US$ 1.000 (Rp 15,3 juta).
Covid-19 telah memukul industri musik terutama konser dengan sangat keras. Festival besar seperti South by Southwest dan Coachella telah dibatalkan atau ditunda, dan artis telah mengumumkan pembatalan tur karena masalah kesehatan dan perjalanan.
Beberapa mulai beralih ke live streaming sebagai sarana untuk terhubung dengan penggemar atau menebus sebagian pendapatan yang hilang dari konser mereka.
Di luar artis yang tampil, berhentinya konser musik juga memengaruhi ribuan pekerja musik di belakang layar seperti manajer tur, teknisi suara, dan manajer produksi, yang mengandalkan pertunjukan untuk mata pencaharian mereka. Banyak dari pekerja ini adalah bagian dari ekonomi pertunjukan dan tidak menerima manfaat pekerjaan atau perlindungan dari serikat pekerja.
Dalam sebuah pernyataan kepada Rolling Stone, ketua Recording Academy dan CEO interim Harvey Mason Jr. menyebut dampak Covid-19 terhadap musik belum pernah terjadi sebelumnya dan memohon kepada seluruh industri untuk bergabung dengan upaya akademi untuk mendukung anggota industri.
“Pembatalan acara berada pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya dan oleh karena itu situasinya membutuhkan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banyak orang di industri sekarang dalam krisis, tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan atau harus berurusan dengan kenyataan komersial yang mengerikan,” ujar Mason Jr.
“Kami meminta seluruh industri untuk berdiri bersama kami untuk mendukung para musisi, artis, dan profesional yang merupakan landasan dan masa depan komunitas musik kami,” imbuhnya.
Dalam pernyataan yang sama, Steve Boom, Ketua MusiCares, juga menyerukan aksi dari komunitas musik.
“Industri musik dibangun di atas karya para musisi, seniman, dan profesional musik. Di saat seperti ini, industri perlu bersatu untuk mendukung mereka yang berjuang, terutama mereka yang mengandalkan pendapatan tur untuk bertahan hidup. Kami tahu dana ini harus signifikan,” ujarnya.
“Kami tidak akan dapat melakukannya sendiri, dan itulah sebabnya kami meminta seluruh komunitas musik termasuk label, layanan streaming, dan siapa saja yang dapat bergabung dengan kami dalam upaya penting ini. Kita semua berada di saat masa-masa indah bergulir, dan penting bagi kita semua saat masa-masa sulit juga,” tutupnya.
Penerjemah: Fajar Nugroho
Editor: Dharma Samyayogi
Main musik mau jadi apa? Tanya orang tua dulu ketika seorang anak mengungkapkan cita-citanya menjadi musisi terkenal. Suatu cita-cita yang jauh dari ideal
Dewasa ini, banyak sekali fenomena memprihatinkan bagi kehidupan pencipta lagu “era lawas” di Indonesia. Para pencipta lagu tersebut yang jaya di erany
JogjaROCKarta Festival, salah satu ikon industri hiburan kota Yogyakarta. (Foto: dok. Rajawali Indonesia). Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Setahun
PRIMA-CoV. (Foto: via Primavera Sound). Pakar penyakit menular Dr. Anthony Fauci berharap konser di Amerika Serikat (AS) bisa kembali digelar pada musim gug