Posted on: 09/6/20 at 6:30 am
Dari scene musik ekstrim cadas Tanah Air, akan dirilis sebuah film yang mendokumentasikan salah satu kiprah perjalanan pejuangnya. Diberi judul Grind For Better Life, film dokumenter ini memaparkan kisah tentang perjalanan band pengusung crusty grindcore kawakan bernama Proletar. Film yang berdurasi 129 menit ini akan resmi diluncurkan pada 30 September 2020 mendatang.
Baca juga: Busuk “Worshipper”: Gerinda Crusty Horor Pemuja Hiperealitas
Film Grind For Better Life ini juga akan melakukan Movie Screening Tour ke beberapa kota di Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Dan tentu saja, film ini juga akan dirilis dalam format DVD setelah jadwal rangkaian Movie Screening Tour selesai.
Disutradarai oleh Diansyah Rizky, film ini selain berisi sejarah awal terbentuknya Proletar dari tahun 1999 dan kronologi sepak terjangnya sampai saat ini, di dalamnya juga memberikan penjelasan kepada audiens tentang alasan di balik pilihan Proletar untuk bergerilya menjalani etos kerja Do-It-Yourself dalam mempublikasikan karya-karyanya, dan berjejaring dengan scene lintas genre baik dalam negeri maupun mancanegara. Serta cerita tentang serangkaian badai yang menghantam ketika mereka harus menghadapi fase pergantian personil.
Beragam testimoni dari para musisi underground juga bisa lo saksikan di dalam film dokumenter yang merupakan hasil kerjasama dengan rumah produksi Area41 Workshop ini.
Baca juga: Mark Greenway Sebut Album Baru Napalm Death Akan Bernuansa ‘Noise-Rock’
Terbentuk di Setiabudi, Jakarta Selatan pada 1999 silam, Proletar sampai saat ini masih tetap bertahan solid untuk menyebarkan virus crusty grindcore-nya. Proletar lahir dan tumbuh dengan semangat berkomunikasi melalui jaringan sosial dalam menyebarkan setiap karya-karyanya.
Dari awal terbentuk, Proletar beberapa kali mengalami pergantian formasi hingga sampai pada titik di mana ini bisa jadi merupakan salah satu formasi terbaik dengan bergabungnya vokalis growl/scream Nino Aspiranta (Trauma/Absolute Defiance) yang bergabung sejak 2014 melengkapi kekuatan formasinya bersama Ipuletar (gitar) dan Levoy (dram/vokal latar).
DEMO:
ALBUM & SPLIT:
KOMPILASI:
Sumber: Siaran Pers
Editor: Dharma Samyayogi
Mengawali tahun 2021 ini, trio grindcore Extreme Hate kembali masuk studio rekaman untuk beberapa lagu baru, dua lagu di antaranya yang dijadikan rangkaian
Meski 2020 merupakan tahun paling bangsat bagi 99% populasi manusia di Bumi (1% lagi yang nggak kena dampak kehancuran, yang berpesta di atas penderitaan j
Extreme Moshpit adalah media musik cadas Indonesia yang bergerak sejak 2007. Selain mewujudkan gerakan baru tradisi fanzine dan media di ranah musik ekstri
Tonny Christian Pangemanan. Langit nampak cerah namun kali ini begitu terasa gelap dan berkabut, itulah suasana yang menyelimuti komunitas musik cadas Tanah